RESENSI BUKU

MELUKIS CAHAYA SYUKUR
DALAM RAJUTAN KAIN KESABARAN

Judul Buku    : Bersyukurlah Bersabarlah
Penulis           : Badi’uz-zaman Sa’id an-Nursi
Penerbit         : Indiva Pustaka
Tahun Terbit :  2007
Tebal Buku    : 224 halaman
Resensator    : Dinda Maulida A.I.



Sa’id an-Nursi dilahirkan pada tahun 1293 H atau 1876 M di sebuah kampung bernama Nurs. Beliau mempelajari ilmu-ilmu Islam dari kitab-kitab yang diakui dengan penuh semangat dan keingintahuan. Kecerdasaan yang beliau miliki sudah daikui oleh semua gurunya. Beliau juga mempunyai kekuatan yang sangat besar dalam menghafal.Beliau pun dijuluki Badi’uz Zaman(orang yang paling hebat di zamannya).
Banyak ulama dan mahasiswa yang bekumpul di sekeliling beliau untuk menanyakan masalaah-masalah dalam ilmu-ilmu tertentu. Beliau menjawab semua pertanyaan dengan ilmunya yang sangat luas sehingga beliau dipanggil Imam karena mereka belum pernah mendapati seorang ulama secerdas beliau. Sampai ada seseorang yang berkomentar ,” Ilmu beliau ini bukanlah seperti ilmu kita yang harus dipelajari tetapi anugerah khusus dari Allah S.W.T, yaitu ilmu laduni.”
Beliau juga memprakarsai berdirinya Universitas Az-Zahra;,hampir sama dengan Universitas Al-Azhar di Istanbul. Selain itu, beliau pun menduduki jabatan sebagai anggota Darul Hikmah Islamiyah(lembaga yang beranggotakan ulama besar).Pada masa itu, beliau telah menerbitkan sebagian besar karya-karya beliau dalam bahasa Arab, seperti Isyaratul I’jaz Madzannil-Ijaz, Al-matsani al-‘Arabi dan karyanya yang paling besar adalah Rasailun Nur(pesan-pesan cahaya) yang mencapai 150 buah pesan yang semuanya dikumpulkan dalam kumpulan Pesan-Pesan Cahaya.

Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti adzab-Ku sangat berat (QS. Ibrahim : 7)
Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat.
Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar (QS. Al Baqarah : 153)

Sabar dan syukur adalah dua hal yang saling menyempurnakan. Sabar ketika mendapatkan suatu musibah dan syukur ketika mendapatkan suatu nikmat. Sabar dan syukur seperti roda berputar yang selalu berganti. Kadang kita berada di atas dengan penuh kenikmatan yang mana dituntut untuk bersyukur. Dan kadang pula kita berada di bawah penuh dengan kemelaratan, kemiskinan dan musibah yang diperlukan kesabaran untuk menghadapinya.
Sabar dan syukur adalah akhlak yang harus dimiliki oleh seorang mukmin. Apabila kedua sifat ini berhasil ditanamkan dalam dirinya, tentulah akan membawa sebuah kebahagiaan haqiqi yang membawa ketentraman di dunia dan di akhirat. Orang tersebut akan mendapatkan derajat tertinggi dan membuat Allah mencintainya sehingga ia akan dimasukkan ke dalam surga-Nya.
Sebaliknya, jika kedua akhlak ini tidak dapat ditanamkan pada diri seorang muslim, ia akan tenggelam pada kekufuran yang membuat derajatnya turun serendah-rendahnya sehingga Allah S.W.T. murka dan memasukkannya pada neraka yang hina.
Buku ini memberikan cahaya yang terang untuk kehidupan suram karena manusia mulai lupa dengan kedua akhlak ini. Buku ini memberikan sentuhan spritual dan mempertegas perintah-Nya tentang pentingnya bersyukur dan bersabar. Sekaligus mengajak kita berfikir dan merenungi bahwa segala hal yang ada dalam diri manusia hanyalah sebagai alat untuk bersyukur dan merupakan bentuk penghambaan diri untuk selalu bersabar dan qona’ah atas segala ketetapan-Nya sehingga menjadi pondasi yang kokoh untuk memperkuat keimanan kita kepada-Nya.

“Bersabarlah, maka Allah akan menolongmu. Bersyukurlah, maka Allah akan menambah nikmatmu.”


       Sa’id An-Nursi memaparkan dengan halus menggunakan gaya bahasa yang indah. Pandai membuat pembaca tertarik untuk membaca setiap topik bahasan yang disajikan dengan menyuguhkan judul yang ekpresif , seperti “Egoisme Lorong Kegelapan, Belajar Menuju Kesempurnaan, Kekuatan Besar di Balik Kelemahan, Kegagalan dan Kerugian Si Ambisius, Menanggalkan Keangkuhan, Menundukkan Hawa Nafsu”
       Beliau mengajak pembaca untuk mencoba ikut membayangkan apa yang digambarkannya melalui cerita-cerita menarik dengan  majas kiasan/perumpamaan sehingga pembaca mudah memahami apa yang dimaksudkan oleh pikiran penulis yang telah dijelaskan pada ungkapan-ungkapan sebelumnya. Artinya, beliau berusaha memvisualisasikan ungkapan yang beliau jabarkan dalam bentuk imajinasinya atau penggambaran nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga pembaca akan mudah mengingatnya. Berikut adalah contoh :
       Orang yang bertawakal dan orang yang tidak bertawakal adalah seperti dua orang yang membawa beban di atas pundaknya. Mereka berdua kemudian membeli tiket untuk naik kapal laut. Orang pertama, begitu sampai di atas kapal meletakkan bebannya dari atas pundaknya dan diletakkan di lantai kapal. Orang kedua , karena kebodohannya, walau dia sudah naik di atas kapal, dia tetap menaruh beban itu di pundaknya. Ketika seseorang menyarankan untuk meletakkan beban itu, dia malah menjawab,” Oh, tidak akan ku lakukan nasihatmu itu. aku takut kehilangan barang bawaanku. Aku juga kuat untuk terus membawanya. Aku tetap akan menjaganya di atas kepalaku dan pundakku.”. Kemudian seseorang berkata kepadanya,” Wahai Saudaraku, kapal ini jauh lebih kuat ketimbang kita. Jangan kau tetap dalam pendapatmu jangan-jangan kau pingsan dan membuatmu juga barangmu terlempar ke laut. Ku lihat kekuatanmu berkurang. Lihatlah pundakmu begitu kurus dan tentunya tudak akan bisa lagi membawa beban berat itu. jika nahkoda melihatnya, dia akan mengiramu sebagai orang yang tidak waras dan akan mengusirmu dari kapal ini. Saat itu, orang-orang kan menertaakanmu. Karena sebenarnya engkau menutupi kelemahanmu, tapi engkau tampakkan kesombongan.engkau ini merasa kuat, padahal sangat lemah. Dengan demikian, engkau sendiri yang telah menjadikan dirimusebagai bahan ejekan orang lain.” Setelah mendengarkan nasihat itu, dia pun sadar dan meletakkan beban yang ada di atas pundaknya dan berterimakasih kepada orang tersebut.
       Selain itu, beliau mempunyai pandangan luas tentang masalah klasik yang terjadi saat ini. Tidak hanya mencakup masa lalu tetapi masa depan. Untuk memperkuat pandangan tersebut, beliau menyajikan ayat-ayat Al-Qur’an dan kisah-kisah umat terdahulu, seperti Qarun dan beberapa pengamatan yang telah beliau lakukan.
       Buku ini juga disempurnakan dengan gambar di setiap topik/subbab sehingga menambah daya tarik pembaca. Di bawahnya, terdapat ikhtisar kecil yang berisi ungkapan-ungkapan penting sebagai bahan renungan untuk pembaca.
       Terlepas dari kelebihan di atas, buku ini sedikit membosankan. Bahasa yang digunakan tidak lugas dan tidak menggunakan bahasa yang menarik yang disukai oleh remaja pada umumnya. Bahasa yang digunakan terkesan diperuntukkan untuk orang dewasa, yakni menggunakan penafsiran, membutuhkan konsentrasi yang serius dan pemahaman yang lebih dalam. Misalnya, ungkapan berikut
       Penghambaan yang dapat terwujud dengan keberadaan dalam kebersamaan dan percakapan yang telah menyampaikan seorang manusia dari mengetahui sebuah bekas dan tanda hingga mengetahui pembuat bekas dan tanda itu. sehingga, dia melihat bahwa pencipta itu ingin memperkenalkan dirinya melalui ciptaan-Nya, kemudian dia membalas hal itu dengan keimanan dan pengetahuan.
       Berbeda dengan  M.Yunan Nasution dalam karyanya yang berjudul “Sabar dan Syukur” ini lebih menitikberatkan pada aspek dasar Sabar dan Syukur itu sendiri yakni berupa pengertian, macam, contoh, dampak dll. Jadi tidak dalam bentuk pandangan luas atau pengembangannya sebagaimana yang dilakukan oleh Sa’id An-Nursi. Walaupun demikian M. Yunan Nasution dapat meringkasnya hanya dengan beberapa puluh halaman saja dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh orang awam.
       Seperti Said An-Nursi, M.Yunan Nasution juga memberikan sekilas kisah umat terdahulu dan beberapa dasar Al-Qur’an untuk melengkapi bukunya tersebut. tapi, buku ini cenderung sangat membosankan karena tidak ada satu gambar pun atau cerita visual seperti yng terdapat dalam buku Said.
       Oleh karena itu, buku M. Yunan Nasution lebih disarankan untuk dimiliki oleh orang-orang yang baru belajar  mengenal Islam atau  orang yang ingin mengetahui tentang sikap Syukur dan Sabar dari dasar.
       Sedangkan buku Sa’id An-Nursi wajib dimiliki oleh orang muslim yang ingin memperkuat keimanannya, khususnya bagi orang muslim yang mulai lupa tentang hakekat Syukur dan Sabar. Buku ini juga cocok dibaca oleh semua orang yang ingin bangkit dari keterpurukan lewat kesabaran atau orang yang ingin sadar dari kemewahan dalam bentuk syukur kepada-Nya.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ini dia Contoh Naskah Drama versi Kita

AKEELAH N THE BEE-- "Film SeJuta Inspirasi"