RESENSI NOVEL
“BAK RAMBUT DIBELAH TUJUH”
(MUHAMMAD MAKHDLORI)

Judul Novel : Bak
Rambut Dibelah Tujuh
Pengarang :
Muhammad Makhdlori
Penerbit :
Diva Press
Tahun Terbit :
2012
Tebal :
Halaman
Kisah
ini bermula dari seorang gadis remaja sholihah, Zarimah yang hidup dari
keluarga miskin tetapi mempunyai kecerdasan intelektual dan spritual yang
luarbisa. Sebagai satu-satunya gadis yang memperjuangkan pendidikan dan nilai
agama yang mana telah diabaikan di desanya, dia tetap bersikukuh untuk
memperjuangkan cita-citanya walapun banyak godaan dan hambatan yang ia terima
mulai dari godaan para lelaki desa yang ingin meminangnya dan berbagai kecaman
dari warga di desanya.
Konflik
mulai terjadi dengan adanya pinangan dari seorang juragan kaya beristeri empat
yang merupakan tuan dari bapaknya. Kesulitan ekonomi yang menimpa keluarganya,
membuatnya mengalami dilema besar didukung dengan desakan dari bapaknya. Antara
berbakti kepada orangtuanya dan perjuangan mempertahankan prinsipnya sebagai
wanita berpendidikan membuatnya hampir frustasi. Disinilah muncul terkuaknya
suatu rahasia besar tentang masa lalunya yang mana dia bukan anak kandung kedua
orang tua yang telah membesarnnya saat ini. Dia adalah anak seorang WTS.
Berbagai rasa menyelimutinya saat itu. Mulai dari rasa malu, haru, rindu
bercampur menjadi satu. Kini tinggalah doa yang terus ia panjatkan untuk ibu
kandungnya yang telah susah payah melahirkannya dengan berbagai pengorbanan
yang luarbiasa.
Seiring
waktu berjalan, temannya Baqri,seorang pemuda kaya yang telah lama memendam
rasa kepadanya datang untuk meminangnya. Zarimah yang telah lama berjuang
melawan cintanya dari lumuran nafsu itu tidak kuasa menolak. Tetapi di
tengah-tengah prosesi akad, ada seorang ibu cantik berparas sepertinya
berteriak dan meminta untuk memberhentikan akad itu. Seorang pria gagah yang
mana ayah Baqri turut berteriak. Zarimah, Baqri dan semua tamu undangan menoleh
ke arah mereka. Pernikahan ini tidak bisa dilakukan karena merupakan pernikahan
terlarang karena adanya pertalian darah di antara keduanya. Dilahirkan dari
ayah yang sama dan ibu yang berbeda. Pernyataan pahit yang langsung menusuk
jantung mereka. Zarimah yang belum siap menerima kenyataan, berlari
meninggalkan ruang. Baqri, ayah dan ibunya,
mengejarnya.
Di
tengah jalan, mobil berhenti tepat di
depannya dan menarik paksa Zarimah ke dalam mobil. Baqri dan keluarga Zarimah
tersentak. Mereka memutuskan untuk mengejar dengan mobil juga. Sedangkan Zarimah
terus memberontak dan berusaha melepaskan dekapan dari 2 orang pria yang terus
memegang erat tangannya. Hingga Zarimah sampai di depan sebuah gudang tua yang
tak dipakai. Dia diturunkan dari mobil dan diseret ke dalam gedung itu.Zarimah
diikat di kursi panjang Sedangkan seorang pria bersiap melakukan upaya
pelampiasan nafsunya dan pria lainnya bersiap memegang handycam hendak merekam.
Disampingnya ada seorang perempuan separuh baya ikut menyaksikannya dan
tertawa. Ketika aksi hendak dilakukan, Baqri datang dan melempar benda keras ke
arah pria yang hendak melakukan perbuatan senonoh itu ke gadis yang
dicintainya. Diikuti dengan keluarga Zarimah lain yang juga ikut menghajar dan
menangkap segerombolan penjahat itu. Cerita
diakhiri dengan penerimaan kenyataan dari masing-masing pihak, baik Zarimah
maupun Baqri. Mereka dapat mengubah cinta mereka yang semula adalah cinta
sebagai sepasang kekasih menjadi cinta sebagai seorang kakak dan adik.
Novel
yang disajikan dengan bahasa yang cantik ini mampu menyihir pembaca sehingga
pembaca bisa ikut merasakan kebahagiaan, semangat keputusasaan dan kesedihan. Dengan
teknik bercerita yang mengalir jernih, namun penuh riak konflik menarik, novel
ini kaya akan ajaran-ajaran spiritual
Islami. Di samping itu, novel ini secara tidak langsung mengajak kita agar
tidak termasuk dalam kelompok para manusia yang tergelincir melewati titian
waktu yang setajam rambut dibelah tujuh, terutama dalam hal cinta dan nafsu.
Sebagai seorang
penulis, Muhammad Makhdloran memiliki pribadi yang cerdas dalam mengolah
kata-kat dan memiliki wawasan yang sangat luas. Dan mampu mengemas cerita
remaja yang menarik dengan menyisipkan
nilai spritual di dalamnya.
Walaupun
begitu, penulis menggunakan berbagai gaya bahasa yang lebih mengarah pada perumpamaan dan bersastra tinggi sehingga
sulit dipahami oleh pembaca. Selain itu, alur yang digunakan tidak teratur.
Cerita terlalu banyak disisipkan dengan ungkapan-ungkapan penulis sehingga
membuat pembaca mengalami kejenuhan.
Tapi
dengan mengesampingkan beberapa kekurangan tadi, novel ini benar-benar buku
yang sangat dibutuhkan oleh remaja negeri ini. Karena buku ini memberi motivasi
untuk berjuang dam meraih kebahagiaan hakiki, perjuangan menggapai cita-cita
dan pengorbanan diri dalam memerangi nafsu yang berbeda tipis dengan cinta.
Sehingga dapat dijadikan sebagai upaya perenungan untuk para remaja yang banyak
mengotori cinta mereka dengan nafsu.
Komentar
Posting Komentar